Jakarta sebagai
ibu kota provinsi dan sekaligus menjadi ibu kota negara selama ini identik
dengan kemacetan. Setiap hari hamper semua jalanan kota Jakarta mengalami
kemacetan yang membuat kita kadang kesal, terlambat masuk kerja ataupun pasrah
karena sudah menganggap sebagai pemandangan yang biasa akibat kegagalan dari
pemerintah. kemacetan ini memiliki dampak yang sangat berarti baik bagi masyarakat
ataupun pemerintah. jalanan yang macet akan menghasilkan polusi yang banyak dan
stress yang akan mengganggu kesehatan masyarakat. Secara ekonomi kemacetan juga
akan mengurangi produktivitas dari suatu usaha ekonomi yang akan berdampak
terhadap penghasilan para karyawannya. Jika dikaji satu persatu akan sangat
banyak kita dapatkan dampak negatif dari suatu kemacetan yang terjadi di
Jakarta khususnya.
Seperti kata
pepatah tidak ada asap kalau tidak ada api yang mana artinya tidak aka nada
akibat yang kita dapatkan kalau tidak ada penyebabnya. Penyebab kemacetan di
Jakarta sangat banyak baik karena infrastruktur yang tidak mendukung,jumlah
volume kendaraan yang sudah melebihi batas,ataupun tingkah laku masyarakat yang
tidak membiasakan menggunakan kendaraan umum.
Dalam hal ini saya ingin memberikan sedikit pemikiran untuk mengurangi
kemacetan di Jakarta dengan meninjau sisi volume kendaraan saja. Selama ini
pertambahan jumlah kendaraan meningkat sangat pesat (tabel perkembangan jumlah
kendaraan bermotor ) sementara pertambahan jalan bisa dikatakan tidak ada
pertambahan yang signifikan,perbaikan jalan yang rusak juga tidak terlalu
signifikan. Berikut perhitungan matematika sederhana yang menunjukkan pengaruh pertambahan volume
kendaraan terhadap kapasitas jalan/infrastruktur.misalnya pada tahun 2007 setiap
harinya terdapat pertambahan mobil pribadi 155 buah dan 925 untuk sepeda motor.
Bila panjang mobil rata-rata 3 meter maka mobil pribadi yang bertambah akan
menyita sepanjang 465 m yang menimbulkan jalanan akan semakin sempit. demikian
juga halnya dengan penambahan sepeda motor yang akan menimbulkan dampak yang
signifikan terhadap kemacetan. Sepeda motor setiap harinya akan menyita
sepanjang 1300 m. Dapat kita bayangkan setiap harinya jalanan Jakarta yang akan
penuh diisi oleh barisan kendaraan bermotor setiap harinya.
Tabel 1. Pertumbuhan
jumlah kendaraan di Jakarta (sumber :Wikipedia.org)
Jakarta sebagai ibu kota Negara dan
pusat perekonomian menjadi daya tarik bagi masyarakat sekitar jakarta. Hal ini
akan mengakibatkan semakin banyak volume kendaraan yang melintas dijalanan Jakarta
setiap harinya.
Tabel 2. Total jumlah
kendaraan Jakarta dan sekitarnya (sumber: Wikipedia.org)
Beberapa cara
yang telah dilakukan pemerintah DKI Jakarta sejauh ini dalam mengatasi
kemacetan ,seperti memberlakukan three in one pada jalan-jalan tertentu dan
membangun transportasi busway untuk pengangkutan massal.sementara untuk
pembangunan sistem transportasi massal lainnya seperti subway dan monorel masih
dalam pengkajian pemerintah. Namun program yang diberlakukan pemerintah ini
belum bisa mengurangi dampak kemacetan secara signifikan tetapi malah menambah
kemacetan karena pengadaan jalur busway ini tidak diikuti dengan pelebaran
ataupun penambahan jalan sehingga jalanan akan semakin macet karena volume
kendaraan di jalanan tidak berkurang dengan adanya busway tersebut.
Berikut ini, mungkin bisa menjadi
sebuah solusi yang dapat digunakan untuk mengurangi kemacetan di Jakarta dan
dapat dilakukan dalam waktu cepat yaitu, antara lain:
1.
Menerapkan sistem ganjil dan genap untuk
kendaraan bermotor baik sepeda motor ataupun kendaraan pribadi. Prinsip dari
sistem ini sangat sederhana yaitu dengan menerapkan aturan bahwa pada tanggal
ganjil yang ada dijalanan yaitu kendaraan dengan no plat ganjil dan demikian
juga untuk yang genap. Jika kita ambil contoh setiap harinya jumlah kendaraan bermotor
(selain busway dan angkutan umum) di Jakarta sebanyak 7.000.000 buah maka
dengan menerapkan aturan ini jumlah kendaraan yang ada di jalanan Jakarta sebanyak
3.500.000 buah. Penurunan yang sangat drastis yang dapat mengurangi kemacetan
di jalanan ibu kota setiap harinya. Namun
aturan ini bebas untuk transportasi massal seperti busway dan angkutan kota.
Selain akan mengurangi volume kendaraan, aturan ini akan memaksimalkan
penggunaan transportasi massal. Aturan ini juga harus disertai dengan ketegasan
dari pemerintah dan petugas dilapangan seperti polisi lalu lintas untuk
menindak orang yang melakukan pelanggaran.
2.
Meningkatkan tarif pajak di pusat pembelanjaan,
perkantoran sehingga memaksa masyarakat untuk menggunakan kendaraan
transportasi massal seperti busway, angkutan kota dan kereta api. Sejauh ini
peranan kereta api untuk mengurangi kemacetan belum terlalu signifikan. Hal ini
mungkin disebabkan harga tarif parkir yang mahal disekitar stasiun. Harga
parkir yang murah di stasiun akan memancing para pemilik motor ataupun mobil
yang jauh dari stasiun untuk memarkir kendaraannya di stasiun. Cara ini akan
lebih mendukung jika disertai dengan fasilitas dan keamanan yang memadai.
3.
Meningkatkan tarif pajak bagi kendaraan bermotor
sehingga akan mengurangi keinginan masyarakat untuk memiliki kendaraan
bermotor.
4. Menerapkan
usia kendaraan yang layak beroperasi di jalanan Jakarta. Hal ini akan dapat
mengurangi jumlah kendaraan di jalanan sehingga dapat mengurangi kemacetan dan
juga polusi.
Mungkin masih banyak lagi cara yang
dapat dilakukan untuk mengurangi kemacetan di ibu kota ini tetapi semuanya akan
kembali kepada masyarakat selaku pengguna jalan setiap hari. Masalah kemacetan Jakarta
harusnya menjadi permasalahan dan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Untuk
masyarakat kesadaran akan macet juga dapat mengatasi masalah kemacetan ini. Kesadaran
ini akan membuat kita semakin sering menggunakan transportasi umum yang justru
akan meningkatkan pendapatan pemerintah. tanggung jawab dari pemerintah adalah
memberikan kenyamanan kepada masyarakat dengan cara memperbaiki fasilitas
transportasi massal dan ketegasan pemerintah kepada pihak yang melakukan
pelanggaran. Marilah kita mulai membiasakan hal-hal kecil terlebih dahulu yang
dapat mengurangi kemacetan di Jakarta ini.
“Semuanya
dimulai dari yang kecil,karena semua yang besar berasal dari yang kecil
terlebih dahulu”.