Mengapa saya membuat judul diatas
bangga sebagai suku batak? menapa tidak bangga menjadi warga Negara Indonesia.
Kita tahu suku batak memang bagian dari wilayah NKRI dan disini penulis tidak
ingin mengeksklusifkan suku batak ataupun ikut heboh karena isu-isu pengambilan
budaya tor-tor oleh Malaysia, dan juga daerah lain pastinya memiliki keunikan
tersendiri dari budaya mereka masing-masing. Tulisan ini murni saya buat karena
saya berasal dari suku batak toba dan juga atas rasa keprihatinan saya terhadap
teman-teman yang tidak bangga atas suku bangsanya sendiri. contoh kecilnya
adalah banyak diantara kita yang tidak mau menuliskan marga dibelakang namanya
dan juga tidak mau menyebutkan marganya ketika berkenalan dengan orang lain. Ketika
kita mendengar kata batak pasti kita akan langsung menghubungkannya dengan
marga. Iya marga memang salah satu contoh yang menunjukkan identitas sebagai
orang batak dan juga sebagai alat untuk mempersatukan.
Sesuai dengan judulnya, saya ingin
mengutarakan berbagai alasan mengapa kita harus bangga menjadi orang batak,
yaitu:
1.MEMPUNYAI VISI SEJAK KECIL
Mungkin waktu anak-anak kita sudah sering
mendengar kata “marragam-ragam do anggo sitta-sitta di hita
manisia,marasing-asing do anggo pangidoan di ganup-ganup jolma, hamoraon hagabeon hasangapon ido dilului
na deba,di nadeba as alma tarbarita goarna tahe (lirik lagu Alusi Au)”.lirik
lagu tersebut menunjukkan bahwa sejak kecil anak-anak batak itu sudah
ditanamkan bahwa klean harus memiliki visi dalam hidup.
2.SALING MENGHORMATI
Mungkin kita sejak kecil sering
mendengarkan istilah dalihan natolu. Dalihan natolu artinya tungku yang berkaki
tiga,bukan berkaki empat atau lima. Tungku yang berkaki tiga ini sangat
membutuhkan keseimbangan yang mutlak. Dalihan natolu ini sering dipakai sebagai
landasan dalam melakukan upacara adat baik pernikahan,kematian dan acara
lainnya. Mengapa saya kaitkan saling menghormati dengan dalihan natolu?. Dalihan
natolu yaitu ada tiga keseimbangan yaitu Somba
marhula-hula artinya hormat kepada hula-hula (hula-hula adalah sumber
hagabeon/keturunan yaitu kelompok marga istri mulai dari istri kita,istri
bapak,istri oppung,dll), Elek marboru artinya lemah lembut terhadap
boru/perempuan (anak perempuan kita, atau kelompok marga yang mengambil istri
dari anak perempuan kita), Manat mardongan tubu artinya sikap saling
berhati-hati terhadap sesama marga untuk mencegah kesalahpahaman dalam
pelaksanaan adat. Sehingga ketika pelaksanaan adat pasti menghadirkan
perwakilan dari ketiga unsur tersebut yang
sering dipanggil sebagai raja.tanpa boru ataupun salah satu dari unsur tersebut
acara adat tidak dapat dilaksanakan.
3.MEMPUNYAI IDENTITAS
Identitas tersebut ditunjukkan dengan
adanya marga yang langsung dikaitkan bahwa kita adalah orang batak. Marga ini
merupakan suatu alat yang mempersatukan setiap orang batak yaitu dimana jika
semarga maka akan dipanggil appara dan jika tidak semarga akan dipanggil lae
atau panggilan lain yang dikaitkan dengan marga ibunya atau perhimpunannya .jika
tau dia punya marga batak maka akan dianggap sebagai saudara sendiri padahal
tidak ada hubungan darah.
Masih banyak lagi nilai-nilai yang
kita peroleh jika mempelajari kebudayaan batak yang dapat teman-teman jadikan
menjadi panduan dalam bermasyarakat ataupun menjadi dasar kebanggaan sebagai
orang batak. Kebudayaan merupakan suatu kekayaan yang tak ternilai harganya
sehingga kita harus melestarikannya.
“Kalian boleh saja mengikuti arus
pemikiran global yang paling canggih. Kalian harus kompetitif dan memainkan
peran penting di tingkat nasional. Tapi… kalian tidak boleh tercabut dari akar.
Kalian harus bangga menjadi orang Batak!”(Togar sianipar)